Hikayat Cinta Kamra dan Kanza

Share:

Listens: 0

Kopi DaarbeL

History


“Duhai Kasih, Di bawah kolong langit aku menatapmu dalam kegelapan Di tengah lebatnya pepohonan yang menjadi rumahku Auman singa yang menggetirkan jiwaku Lolongan anjing hutan yang mengguncangkan sekujur tubuhku Angin yang berdesis, air yang mengalir, hiruk pikuk suara binatang kecil menjadi sahabat baikku Kasih, namun air mata yang jatuh dari kedua mataku membuat aku sadar, bahwa kau tak lagi sudi memandang ke arahku Duhai Kekasihku, Lihatlah aku! sekejap saja. Lihatlah ratapanku menangisi kepergianmu tanpa sebab yang aku tahu Tataplah duhai cintaku! tataplah kedua mataku yang mulai meneteskan darah Pandanglah aku! yang mulai merapuh mengharapkan kepulanganmu kembali Pulanglah duhai cintaku ,jatuhkan tubuhmu kembali ke dalam pelukanku Pulanglah! Pulanglah duhai kekasih hatiku. Begitu lamanya kau membiarkan aku diamuk kerinduan Rindu menatap kedua matamu yang jelita Rindu mengecup kedua bibirmu yang siapa saja memandangnya menimbulkan berahi Aku rindu, rindu menidurkanmu dalam pelukanku Aku rindu hanyut dalam syair-syair cintamu Tapi, semua itu takkan lagi pernah aku dapatkan Karna aku, dengan segala nafsu bejatku telah mengkhianati cinta sucimu Aku telah menodai putih kasihmu kepadaku Aku hina, aku kotor, aku berdosa kepadamu Aku dengan segala penyakit yang ada di hatiku, membagi tubuhku bersama wanita yang bukan dirimu Maafkanlah! Maafkanlah duhai Kasihku. Masih sudikah kau, andai aku kembali ke ragamu, bahkan jiwamu?